Kunci Utamanya tinggal Urusan Logistik dan Jaringan
PILKADA DI Purwakarta akhirnya maju empat pasang. Mereka adalah Anne Ratna Mustika-Budi Hermawan (Golkar dan PDI Perjuangan), Saepul Bahri Zein (Bijnen) – Abang Ijo Hapidin (Gerindra, Demokrat dan Hanura).
Dua pasangan lainnya adalah Zainal Arifin (Kang Ipin) – Sona Maulida Roemardie (PKB, PPP dan Partai Gelora) dan Yadi Rusmayadi – Pipin Sopian (NasDem, PAN dan PKS). Siapa yang bakal memenangi pertarungan ini?
Publik tentu berharap Purwakarta ada perubahan. Ini kata kuncinya. Kalau semangat itu yang kita pegang dengan kuat, maka pasangan Anne dan Binjen segera kita lupakan. Karena keduanya mewarisi nilai-nilai politik Dedi Mulyadi (DM) yang kotor, nepotis dan koruptif.
Binjen tentu yang jadi prioritas untuk dikalahkan. Karena dengan sangat terang-terangan di manapun dia kampanye, selalu membawa nama “kecil” DM. Dia bahkan menegaskan akan melanjutkan gaya DM memimpin Purwakarta.
Publik tidak boleh lupa, bahwa DM memang sukses membangun infrastruktur di desa-desa dan aspek budaya. Tapi di luar itu siapapun tahu, DM membangun politik dinasti yang antireformasi dan merusak sendi-sendi demokrasi yang sakral. Di era DM, nepotisme sangat dijunjung tinggi. Siapa pejabat yang mau dengan ikhlas menjulur-julur lidahnya ke DM, maka dia akan melesat jabatannya.
Era DM pejabat berprestasi itu tidak penting. Yang penting nurut dan mau menunduk-nunduk kepadanya, itu sudah lebih dari cukup. Era DM juga sukses membangun kartel proyek. Semua proyek-proyek Pemkab bisa dikendalikan oleh segelintir orang. Tender bisa diatur-atur. Sehingga proyek-proyek besar hanya dinikmati oleh segelintir orang.
Proyeknya besar-besar. Tapi dugaan korupsinya juga tidak kalah besarnya. itulah DM, gaya memimpin yang sangat primitif. Haus kekuasaan dan sangat mengabaikan etika dalam birokrasi. Dan itu akan dilanjutkan oleh Binjen secara terang benderang.
Lalu Kenapa Anne?
Anne secara politik memang sukses meluluh lantakan dinasti politik yang dibangun DM. Publik juga tidak menyangka dinasti politik yang dibangun oleh DM dengan susah payah dihancurkan sendiri oleh isterinya. Sejarah memang membuktikan bahwa Anne secara politik sudah tidak sejalan dengan DM.
Dukungan Golkar Purwakarta ke DM sebagai calon Gubernur Jawa Barat tidak lebih dari strategi Anne agar tidak diganggu oleh DM. Lalu kenapa Anne juga mesti dilenyapkan dari peta politik di Purwakarta? Sebab utamanya adalah lingkaran satu Anne yang dikelilingi oleh kader-kader idiologis DM.
“Peluang curang KPU itu sangat terbuka lebar. Karena Pilkada Purwakarta kali ini sejatinya adalah pertarungan antara status quo dan samangat Perubahan. Dan bagi DM, kemenangan di Purwakarta adalah harga mati.”
Terutama nama Lalam Martakusumah yang selalu menempel Anne. Lalam adalah panglima DM, selama Dedi berkuasa. Sebagai seorang panglima, militansi Lalam pasti sangat kuat ke DM. Apalagi dosa-dosa politik dan dugaan korupsinya sudah ada di kantong DM.
Maka dari itu, keberadaan Lalam di lingkaran Anne bisa dipastikan itu sebagai bagian strategi tangan panjang DM di kubu Anne.
Kondisi ini tentu sangat membahayakan bagi masa depan Purwakarta. Maka dari itu, baik Binjen dan Anne sudahlah, diakhiri saja.
Ipin – Pipin Suara yang Berimpit
Ketua Komunitas Peduli Purwakarta (KPP) Munawar Kholil pernah menganalisis bahwa untuk mengalahkan dominasi DM di Purwakarta jalan satu-satunya adalah mesti ada dua calon dari kubu mereka. Strategi ini selalu dijalankan DM, di setiap Pilkada. Dan dia menuai sukses, terus menerus.
DM selalu menciptakan agar calon lawan selalu ada dua. Seperti saat Anne maju dengan Aming. Ada tiga pasangan yang maju. Dan Anne sukses memenangi dengan mudah. Karena suara lawan terpecah.
Apa yang diprediksi ketua KPP hari ini terwujud. Dari kubu DM muncul dua pasang. Idealnya, dari kubu Pembaharuan mestinya muncul satu pasang saja. Tapi sejarah membuktikan, pasangan anti DM ternyata muncul dua pasang juga. Ini yang menyulitkan untuk menggerus anasir DM di Pilkada kali ini.
Kalau kita hitung, kekuatan suara dari massa DM selama empat kali Pilkada tidak lebih dari 25-30%. Dengan pecah kongsi dengan DM, suara Anne hari ini juga ada di kisaran 25-30%. Ini suara dua kubu status quo yang susah terbantahkan.
Sayangnya suara sisa yang 40-60% mesti diperebutkan oleh dua kubu. Yaitu pasangan kang Ipin dan kang Yadi – Pipin. Jadi distribusi suara kali ini menjadi rumit. Karena kubu perubahan juga bakal terpecah.
Pasangan paling ideal yang jelas konsep dan sikap juangnya sudah teruji adalah pasangan kang Ipin – Sona. Sementara Yadi reputasinya naik karena dukungan NasDem dan PKS. NasDem di bawah Luthfi Bamala sudah terbukti sukses memenangi Pilkada lalu. Sementara PKS sudah teruji akan militansi dan jaringannya yang kuat.
Tinggal Kekuatan Logistik
Melihat peta kekuatan suara seperti itu, maka Pilkada Purwakarta kali ini, sungguh-sungguh tinggal urusan logistik, dan kekuatan jaringan saja. Anne dalam soal logistik bisa dipastikan goyah. Karena, logistik yang dijanjikan oleh wakilnya itu laiknya pepesan kosong.
Publik tahu, selama wakil Anne menggelar serentetan gerakan RBH, tokoh-tokoh kuncinya satu-satu pada balik kanan akibat terlalu banyak janji dan mengira banyak logistiknya. Pada akhirnya hanya pepesan kosong saja yang didapat. Dalam soal ini Anne sangat teledor.
Tapi publik jangan lupa juga, keluarga besar Anne di Cianjur pasti tidak tinggal diam, kalau pada akhirnya kekurangan logistik. Seperti saat proses perceraian dulu, keluarga Cianjur benar-benar habis-habisan mendukung Anne baik moral maupun logistiknya.
Binjen tentu mengandalkan logistik dari DM, karena secara material DM memang super kaya raya. Sayangnya, DM juga hari ini maju sebagai calon Gubernur yang lagi butuh logistik besar. Dan DM pasti tidak serta-merta mengutamakan Binjen.
Logistik pasangan kang Ipin – Sona hingga hari ini belum kelihatan dari mana sumbernya. Kalau jaringan PKB bisa sangat diandalkan. Kecuali kang Ipin mau menjual aset-aset dia yang di Jogja. Baru dari aspek logistik jadi bunyi. Tapi apa kang Ipin mau? Ini yang belum jelas sikapnya.
Kader muda PKB yang rajin mengikuti rapat-rapat pasangan ini menuturkan bahwa kang Ipin sejak awal sudah menjanjikan akan menjual aset propertinya yang di jogja. Tapi dalam perkembangan sampai hari ini, soal logistik masih belum jelas.
Yadi – Pipin sejatinya pasangan yang paling siap bertarung. Pilihan Yadi memilih PKS dan NasDem itu pilihan cerdas. Yadi tentu dengan sangat percaya diri bisa menggandeng dua kartai besar dan kuat jaringannya itu. Logistik banjir, jaringan kokoh. Itulah modal yang jauh lebih dari cukup untuk bekal menang.
Netralitas KPU
Aspek penting lainnya adalah soal netralitas KPU. Komposisi KPU hari ini kader-kader DM begitu dominan. Ada Ketua KPU. Ada Binos, dan lainnya.
Publik perlu mengawasi agar KPU bisa benar-benar netral. Karena KPU bisa dengan mudah mengotak-atik angka-angka. Agar yang menang menjadi kalah. Yang kalah bisa jadi pemenang.
Terutama relawan Yadi – Pipin dan Ipin – Sona mesti menjaga dan mengawasi tiap detik agar KPU tidak ada kesempatan curang.
Peluang curang KPU itu sangat terbuka lebar. Karena Pilkada Purwakarta kali ini sejatinya adalah pertarungan antara status quo dan samangat Perubahan. Dan bagi DM, kemenangan di Purwakarta adalah harga mati. Ini agar dia bisa lagi membangun dinasti politiknya yang sudah luluh lantak oleh isterinya sendiri. (koranrepublika.com) editor : gsoewarno